Kaum Punk "Bukan Hanya Sekedar Sampah"

      Mendengar istilah anak punk pasti sebagian besar masyarakat resah menyaksikan kebiasaan mereka yang sering  berada di jalanan yang bergaya agak monohok dengan pakaian unik mengamen di sekitar lampu merah. Macetnya jalanan dan gerahnya cuaca semakin membuat sepet mata melihat mereka mengamen dengan lagu yang mungkin hanya mereka yang mengerti apa maksud dari lagu itu. Sudah menjadi tontonan bagi masyarakat anak punk mengamen di jalanan, nebeng sembarang dengan beberapa truk, angkot maupun kendaraan lainnya. Menjadi keresahan dan ketidaknyamanan tersendiri bagi masyarakat pada umumnya, kerap kali mereka memancing permasalahan tatkala mencegat truk untuk bisa pergi dari satu ke kota lain. Hal ini tentu saja menjadi polemik bagi masyarakat. Ada yang memandang sebelah mata keberadaan mereka bahwa mereka ini pembawa keresahan dan ketidaknyamanan terutama saat mereka berada di jalanan, tidak sedikitnya menggerutu dalam hati melihati kondisi mereka.

      Pandangan miring dari masyarakat sudah tentu menjadi hal yang lumrah bagi mereka. Masyarakat memandang kaum ini sebagai kaum yang tidak bermoral dan tidak terdidik. Ada yang menyebutkan mereka adalah kaum dengan penganut seks bebas, pengkonsumsi obat-obat terlarang, kaum perokok berat, kaum malas-malasan, kaum yang berasal dari keluarga yang ekonominya sangat minim, kaum preman, kaum Broken Home, kaum LGBT, kaum marginal, kaum yang tidak mendapatkan pendidikan dan masih banyak lagi persepsi negatif dari masyarakat. Hal ini tentu saja bertentangan dengan moral sosial yang berlaku di masyarakat.

      Entah bagaimana alasan yang jelas mereka masuk kelompok ini. Tapi masyarakat luas berpendapat mereka adalah kelompok yang terhimpit dengan masalah ekonomi dan kelompok yang lahir dari keluarga yang tidak jelas orang tuanya siapa, bisa jadi anak yang lahir hasil dari hamil di luar nikah dan hal ini tidak diterima dalam masyarakat. Stigma negatif ini berkembang luas di masyarakat bahkan lebih kasarnya kaum ini lebih baik lenyap dari muka bumi. Mereka juga manusia normal hanya saja gaya hidup mereka yang unik dari masyarakat luas. 

      Mereka manusia yang mempunyai hak yang sama, tapi kondisi yang tidak mendukung. Anak punk pada umumnya hidup terlunta-lunta karena tuntantan ekonomi keluarga yang tidak mendukung, pendidikan yang tidak memadai, masalah keluarga yang paling kental, entah itu mereka tidak diterima dalam keluarga sebagai hasil anak di luar nikah, penerimaan masyarakat sosial yang tidak sama sekali mendukung. Jadi secara garis besar mereka keluar dari situasi dan dari kenyataan tersebut untuk mencari jati diri atau memenuhi kebutuhan makan, mau tidak mau mereka terpaksa melakukan ini.

      Kelompok ini sebenarnya jika diberi kesempatan untuk belajar mengekspresikan diri, bereksplore dan didukung, maka kelompok ini bisa memberikan konstribusi sosial melalui karya mereka entah itu dari karya seni, musik dan mereka bisa bekerja layaknya masyarakat luas pada umumnya. Hanya saja kesempatan itu sangat minim untuk mereka peroleh.

      Masyakarakat luas hendaknya tidak hanya menyimpulkan di satu sisi saja, tetapi perlu diberi ruang dan peluang untuk mereka, karena mereka adalah manusia bukan hanya sekedar sampah masyakarat. Mereka juga tidak menginginkan situasi ini tapi kenyataan yang tidak memihak pada mereka. 



Penulis

Gertruda Yalinia Hia, mahasiswi Psikologi
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ALERGI HARI SENIN?

Fatamorganaku Tinggal Penyesalan